Direktur Keuangan Garuda Indonesia Handrito Hardjono menuturkan rencana tersebut sedang dibahas di internal Kementerian BUMN.
"Kita masih bicara interen dengan Kementerian BUMN, cari pinjaman yang tepat, kebutuhannya sekitar US$ 200 juta," ujar Handrito di kantor GMF, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Rabu (20/2/2013)
Ia mengatakan pembahasan bergulir di sekitar opsi pinjaman. Beberapa pilihan diantaranya adalah pinjaman dari perbankan, obligasi atau menambah jumlah saham beredar (rights issue).
"Opsinya bisa pinjaman bank, obligasi, menambah jumlah saham beredar (rights issue) di pasar, yang dipilih salah satunya," terang Handrito.
Targetnya, akhir Semester I/2013 keputusan tersebut didapatkan. Sebab mengingat dana dari Initial Public Offering ( IPO ) yang sudah habis.
"Diputuskan akhir Semester I ini. Dana IPO sudah habis, untuk itu kita membutuhkan dana excisting," jawabnya.
Penggunaan dana, lanjut Handrito akan ditujukan untuk pembelian pesawat. Namun Ia tidak menyebutkan berapa jumlah pesawat yang akan dibeli. "Seluruhnya buat pengadaan pesawat," ujarnya.
(dru/dru)