"Pada awal pemerintahan ini, klub-klub sepakbola mempunyai utang pajak 700 juta euro, dan sekarang tersisa sekitar 500 juta euro (sekitar Rp 7,5 triliun)," ujar Menteri Keuangan Spanyol, Cristobal Montoro saat diwawancarai radio Onda Cero, seperti dilansir dari AFP, Rabu (1/10/2014).
"Kami memang meminta mereka (klub sepakbola) untuk membayar pajaknya, seperti sektor lainnya. Klub sepakbola merupakan perusahaan," tambah Montoro.
Liga Spanyol, atau tenar disebut La Liga, merupakan liga sepakbola yang berisikan klub-klub papan atas dunia, seperti Real Madrid dan Barcelona, yang memiliki pemain bintang seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Namun, klub sepakbola tidak kebal terhadap krisis ekonomi yang terjadi di negeri matador ini. Satu dekade lalu, atau tepatnya di 2008 saat muncul krisis keuangan global, Spanyol juga terkena dampaknya. Jutaan warga Spanyol menjadi pengangguran, dan negara ini terjebak dalam lilitan utang yang menggunung.
Otoritas Spanyol telah lama memberi toleransi kepada klub-klub sepakbola untuk bisa berutang pajak. Alasannya, sepakbola merupakan kebanggaan dan menjadi olahraga yang membuat negara ini dikenal di dunia.
Krisis keuangan global yang terjadi membuat Spanyol jatuh ke dalam resesi. PM Rajoy saat mulai memerintah, di 2012 telah menandatangani perjanjian dengan klub-klub sepakbola, agar bisa menyicil utang-utang pajaknya.
Lalu, pada perjanjian di musim 2014/2015, klub-klub sepakbola Spanyol harus memberikan deposit 35% dari pendapatan hak siarnya ke pemerintah. Deposit ini untuk mengamankan bila klub tersebut tidak bisa membayar pajaknya.
Pemerintah memiliki target, di 2020 semua klub sepakbola menyelesaikan utang-utang pajaknya.
(dnl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
