Dilansir dari AFP, Rabu (15/10/2014), harga minyak jenis Brent di pasar London sempat menyentuh US$ 83,37 per barel, yang merupakan titik terendahnya dalam hampir 4 tahun terakhir ini. Lalu harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh US$ 80,37 per barel, atau yang terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Namun saat ini harga minyak Brent North Sea untuk kontrak pengiriman November, bertengger di US$ 84,06 per barel, turun 98 sen dari harga kemarin.
Sementara harga kontrak minyak WTI untuk pengiriman November turun US$ 1,16 per barel, dan bertengger di US$ 80,68 per barel.
"Selama OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) tidak melakukan tindakan untuk menahan banyaknya pasokan minyak dengan mengurangi produksi, maka harga akan terus berlanjut turun," kata Analis dari Commerzbank, Carsten Fritsch.
Saat ini, negara-negara anggota OPEC, seperti raja minyak Arab Saudi, memang memangkas harga minyak yang dijual kepada pelanggannya, untuk meningkatkan pangsa pasar.
Lembaga International Energy Agency (IEA) berharap, permintaan minyak dunia akan naik 700 ribu barel per hari, menjadi 92,4 juta barel per hari di tahuni. Jumlah tersebut menurun 200 ribu barel per hari dari perkiraan sebelumnya.
Pasar komoditi menyalahkan turunnya permintaan minyak dunia, karena pelemahan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, yang merupakan konsumen energi terbesar dunia. Juga kawasan Eropa yang dihantui resesi.
Berlebihnya pasokan ini akibat kuatnya produksi shale gas di Amerika Serikat (AS), dan membaiknya produksi minyak Libya.
(dnl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!