Hal ini disampaikan oleh Menteri ESDM Jero Wacik dalam jumpa pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (6/2/2013).
"Menteri dan perusahaan asing datang ke saya. Dia lihat saya akan kurangi ekspor gas ke luar negeri. Bahkan ada satu dua yang takut ekpor disetop. Karenanya ada menteri luar negeri datang ke saya meminta saya jangan menyetop ekspor gas. Mereka mengatakan kalau mengurangi dan menyetop bisa kacau negara saya," tutur Jero.
Dikatakan Jero, memang banyak negara yang industrinya sangat bergantung pada pasokan gas dari Indonesia. Namun Jero mengatakan, pengurangan ekspor gas tetap menjadi pilihan pemerintah Indonesia.
"Saya juga pikir kalau saya ekspor, negara saya yang kacau. Industri mahal, PLN mahal. Saya pikir tentu saya lebih mencintai Indonesia. Ya jadi saya katakan ke menteri itu, ya saya pilih melindungi negara saya. Biar negara saya nggak kacau," ucap Jero.
Namun Jero mengatakan memberikan pilihan. Dia meminta para negara yang bergantung pada gas dari Indonesia untuk membangun pembangkit listrik dengan sumber energi panas bumi, matahari, ataupun biomassar. Sehingga kebutuhan gas di Indonesia bisa kurang dan diekspor.
"Makanya saya minta Jepang, Korea, dan China yang punya teknologi untuk membangkitkan. Kita tak butuh lagi gas. Gas bisa ke negara saudara," tegas Jero.
Saat ini, Jero mengatakan, dirinya tengah berpikir keras agar gas-gas domestik dari sumur-sumur di berbagai tempat bisa dialirkan menuju lokasi industri atau pembangkit listrik yang membutuhkan.
"Saya keras berpikir untuk nambah gas domestik. Gas masih kurang. Infrastruktur masih kurang lengkap. Bawa ke industri belum bisa. Harus ada pipa, FSRU. Bagaimana sampai ke industri, SPBG itu masih pekerjaan keras. Sehingga kebutuhan gas dalam negeri belum terpenuhi," tutup Jero.
(dnl/dru)