"Jadi saya secara umum melihat memang nilai tukar adalah perkembangan global regional, dan harus kita sikapi dengan waspada. Kita tidak perlu panik atau khawatir," ungkap Agus di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Pelemahan rupiah akan berdampak terhadap indeks harga konsumen. Setiap depresiasi 1% menyumbang inflasi 0,07%. Namun Agus melihat sepanjang tahun, inflasi tetap pada kisaran 4%.
"Kami melihat inflasi bisa 4% dan lebih bawah dari 4%," ujarnya
Menurutnya, sekarang yang perlu dilakukan adalah fokus pada kebijakan yang sudah direncanakan pemerintah. Terutama dalam pengendalian inflasi dan perbaikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
"Karena ini adalah satu langkah menuju kondisi normal yang baru dan kita harus betul-betul fokus pada yang tadi disampaikan menko dan menkeu. Fiskal sehat, perhatian pada penerimaan pajak, realisasi anggaran dilakukan," terang Agus
Sementara BI akan menjaga agar volatilitas nilai tukar di pasar keuangan berada dalam kondisi yang sehat. BI juga memastikan dolar AS tetap tersedia di pasar.
"Kami sebagai otoritas moneter akan jaga volatilitas rupiah. Kita tidak akan berikan kesempatan volatilitas rupiah yang tidak sehat. Dan kami akan pastikan ketersediaan dolar di pasar," tukasnya.
(mkl/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com