"Kalau tidak perlu utang jangan berutang," ungkap Agus di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (26/2/2014)
Ia mengakui utang diperlukan untuk menggenjot ekspansi usaha para pengusaha. Apalagi kondisi tidak mencukupi untuk mendapatkan modal dari pasar keuangan di dalam negeri.
"Kami paham sebagian itu untuk pinjaman untuk perusahaan induk, terkait perdagangan. Memang sumber dari sumber perbankan dalam negeri, pasar modal tidak mencukupi, tentu kalau perusahaan induk mau bantu anak perusahaan itu harus dilakukan. Asal jangan mismatch," jelasnya.
Saat ini utang luar negeri swasta di Indonesia telah mencapai US$ 140 miliar. Hal ini menurut Agus harus diperhatian soal kehati-hatiannya. Ia beralasan ada ancaman dari nilai tukar dan jangka waktu pembayaran.
"Tapi kalau ada yang pinjam, itu harus hati-hati. Jangan sampai melakukan tiga mismatch tadi, mismatch currency, tenor atau jangka waktu sampai mismatch dari floating dan fit itu bisa timbulkan risiko," terang Agus.
Sementara itu kalau untuk utang pemerintah, Agus menilai masih terjaga dengan baik termasuk dari lembaga keuangan perbankan.
"Saya mengingatkan kalau sekarang pemerintah terjaga utangnya. Lembaga keuangan perbankan terjaga utangnya. Tapi swasta pertumbuhan utang luar negeri cukup tinggi," tutup Agus.
(mkl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!