OTOSIA.COM - Lingkar kemudi All-New Swift akhirnya benar-benar ada di tangan setelah sebelumnya hanya santer diberitakan sebagai data dan kilasan. Otosia sebenarnya penasaran dengan performa 'si kecil' yang tersimpan di balik kap depan, yang kini berkapasitas 1.400 cc dengan VVT setelah sebelumnya berkapasitas 1.500 cc.
Test drive yang berlangsung pada 13 November ini menempuh Jakarta - Bogor pergi-pulang, tepatnya ke Club House Rancamaya. Para tester yang merupakan para jurnalis Tanah Air diperbolehkan berpuas-puas dalam menjajalnya, dari kawasan padat Jakarta hingga permukiman elite yang punya karakter jalan representatif untuk menguji kelincahan dan manuver All-New Swift.
Kondisi jalan yang sempit, tikungan tajam, dan berbukit menggugah rasa penasaran peserta untuk membuktikan langsung bagaimana kemampuan city car ini menembus rute jalan sesungguhnya. Tak kurang 18 unit disediakan, 10 unit di antaranya dibesut para wartawan.
Tepat pukul pukul 08.00 WIB, iring-ringan Swift mulai meninggalkan lokasi start di Plaza Senayan, Jakarta, menuju Rancamaya, Bogor. Test driver diberi kebebasan untuk menginjak pedal gas dalam-dalam, tetapi tetap memperhatikan pesan safety driving.
Sekali-sekali kami coba setel-setel posisi, cari yang pas supaya tak lelah. Totalnya memang tersedia 24 posisi, termasuk naik - turun. Tapi beberapa kali geser, posisi duduk sudah pas, yang penting punggung sampai di sandaran tetap tetap bisa fokus ke depan.
Rombongan pun lantas tidak berjalan secara beriringan atau konvoi. Masing-masing langsung ngacir. Panitia pun hanya mewanti-wanti bahwa yang penting semua peserta harus tiba di Rancamaya.
Mengambil unit Swift nomor 8, boleh dibilang kami dan tim masuk dalam deretan rombongan akhir. Sementara itu, Selasa (13/11) pagi adalah kondisi ketika warga Metropolitan sedang pol-polnya memanfaatkan jam berangkat kerja, yang notabene membuat hampir semua titik ruas jalan di Jakarta dibanjiri kemacetan.
Kami pun coba bermanuver zigzag di tengah kemacetan. Tarikan RPM tiba-tiba rupanya tidak begitu terasa berkat level NVH (noise, vibration, harshness) yang kecil. Ini didukung semacam bahan polipropilena yang terpasang di titik-titik bodi, yang rentan getaran dan bising, seperti di mesin, transmisi, kontak ke permukaan jalan, rem, suara angin, dan berbagai perangkat di balik kap mesin.
Demikian juga getaran di setir, kursi, sandaran tangan, spion belakang, pedal, dan lantai mobil. Semuanya tereliminasi sehingga kami terus melesat dan melesat.
Test Drive Swift
Gerak aktif kami itu juga dirasakan berkat penggunaan baja ringan sesuai teknologi total effective control (TECT). Plus dimensi jarak poros roda yang pendek, kekokohan pada bodi dan bantalan, sehingga menghasilkan desain yang anti-limbung, terutama ketika harus berhadapan dengan metromini, kopaja, dan kroni-kroninya yang siap memberi kejutan dengan menepi, bahkan berhenti mendadak.
Untuk soal satu itu, fitur Anti-lock Brake System (ABS) dan Electronic Brake Distribution (EBD)-nya eksis betul. Distribusi tenaga rem tertata tanpa kagetan, sementara ABS membuat All-New Swift anti-decit dan berhenti bertahap bagai tarian tanpa lagu.
Stabil di Jagorawi
Saat menuju bogor, Tol Jagorawi tak begitu padat. Namun, beberapa kendaraan besar seperti truk dan bus membuat kami urung untuk menguji responsibilitas dan manuver Swift habis-habisan dan membuat Otosia hanya menekan pedal gas pada 160 km/jam.
Ada catatan menarik dalam kesempatan ini. Salah seorang rekan jurnalis coba melepas tangan dari setir pada kecepatan 140 km/jam - 150 km/jam selama 15 - 20 detik ketika kondisi jalan relatif sepi. Swift ternyata tetap stabil dan tidak oleng, mantap menjejak lurus.
Penggunaan McPherson Strut dan per keong di depan serta torsion beam plus keong di belakang cukup mumpuni melibas jalan cor-coran, tanpa membuatnya ogel. Suara gladak-gluduk memang masih terdengar dan terasa, tetapi bahan polipropilena menunjang NVH tadi punya peran di situasi seperti ini. Penilaian dari kami adalah: 'lumayan'!
Dipaksa jadi Ken Block
Lebih kurang sejam, kami tiba di Rancamaya. Lagi-lagi, Swift kembali diuji. Panitia memberi tantangan lain berupa ada cepat catatan waktu mengambil dan memindahkan bendera di beberapa titik. Trek ujian dibuat layaknya sirkuit slalom, tikungan tajam, jalan sempit, dan naik-turun. Kami pun dipaksa jadi Ken Block.
Karena lintasan sirkuit dadakan ini tidak begitu panjang, percepatan hanya sampai gear 2 dengan putaran mesin maks sekitar 4.000 rpm.
Swift lagi-lagi pamer kegesitan dan kelincahan melintasi rintangan menikung dan memutar yang dibuat panitia.
Menjajal radius putarnya, bodi mobil pun terasa ringan untuk berpindah posisi mengejar catatan waktu lomba, sekaligus membuat aspal kawasan Rancamaya Club House kian panas.
Soal tikungan, mesin 1.400 cc yang juga dipakai Suzuki Ertiga itu memang cepat 'naik pitam'. Geber dikit, tenaga langsung terasa. Boleh dibayangkan, mesin 95 hp pada 6.000 rpm ini ditempatkan pada mobil yang lebih kecil dari mini-MPV Ertiga alias kecil-kecil berotot.
Melibas Hujan
Balik ke Jakarta, kondisi hujan, kering, lantas jalan basah sehabis hujan di beberapa area. Swift pun kami pacu hingga 190 km/jam. Sebenarnya ada rasa khawatir, tetapi kapan lagi coba menyalip di antara truk dan bus untuk menguji manuver dan responsibiltas Swift terbaru.
Seperti juga kebiasaan para pengendara di tol padat, perlu kelihaian pada ancang-ancang menyalip sehingga jarak antara mobil depan dan kami hanya di kisaran lima meter. Ini bahaya memang, tak patut ditiru.
Namun, Swift tetap tidak menunjukkan gejala limbung, mantap menjejak di trek lumayan licin. Peran EBD di sini banyak membantu. Lebih kurang jarak 5 meter kendaraan di depan, kami menekan pedal gas pada kecepatan 160 km/jam. Namun bodi tidak membuat kami yang berempat di dalam kabin terombang ambing.
Sayang, ujung Jakarta macet lagi, selepas Tol Jagorawi karena pada saat sore hari. Kami setel musik lewat perangkat audio yang sudah ada USB-nya.
Namun, kebetulan tidak satu pun dari kami membawa flashdisk lagu, jadi ya radio saja, mencoba titik sound yang mumpuni di dalam kabin, sampai akhirnya kita menghadapi beberapa metromini lagi, dan menepi di kawasan Senayan City untuk sekadar menyeruput kopi. Ah, masih kurang lama nih, atau memang All-New Swift bikin ketagihan? Mungkin ya.(why/nzr/bun)